Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Seribu-Pena.com–PANGKALPINANG – Penjabat Walikota Pangkalpinang, Budi Utama menyebut akan mengajukan penambahan suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk SPBN Nelayan di Pangkalpinang, ke Kementerian Kelautan, Jumat (29/11/24) siang.
Pasalnya, nelayan di Pangkalpinang sangat sering mengeluhkan tidak kebagian dan kekurangan BBM untuk melaut.
“Alhamdulillah sudah selesai permasalahan yang selama ini cukup rumit, yang mana kuota bahan bakar nelayan ini ternyata memang kekurangan. Maka dari itu, kebetulan kita memang mau mampir ke Kementerian Kelautan
sekalian mengajukan untuk menambah kuota bahan bakar nelayan hingga 150 ton perbulan, jadi totalnya 450 ton perbulan. Karena sebelumnya hanya 300 ton,” ujar Budi Utama, saat menghadiri undangan sarasehan bertajuk “Mendukung Terwujudnya Ekonomi Biru dan Quality Tourism Kota Pangkalpinang yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Tak hanya itu,Ia juga menanggapi aplikasi Extar sejenis barcode BPH migas yang harus digunakan para nelayan, untuk mengambil bahan bakar dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN).
Budi menjelaskan, bulan Desember nantinya akan melakukan sosialisasi tentang penggunaan aplikasi Extar kepada para nelayan, yang menggunakan handphone android. Supaya, para nelayan yang awalnya mengetahui akhirnya tahu cara menggunakan aplikasi tersebut.
“Jadi nanti bulan Desember kita akan melakukan sosialisasi dengan para nelayan untuk mengajarkan para nelayan yang belum paham, cara menggunakan dan mendapatkan bahan bakar menggunakan barcode atau metode lainnya yang berbasis teknologi,” lanjut Budi.
“Dan nanti kita minta pak Kadis Kelautan Pangkalpinang untuk piket dan tetap berkoordinasi dengan HNSI Pangkalpinang,” pungkasnya.
Dikesempatan yang sama, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pangkalpinang, David Oktaviandi menjelaskan kepada para nelayan untuk tidak memberikan dan mengizinkan apabila diminta oleh pihak SPBN.
Takutnya, barcode tersebut difoto dan berpotensi terjadinya kecurangan atau dimanfaatkan orang yang tidak bertanggungjawab.
“Sekarang yang mengeluarkan bahan bakar minyak itu aplikasi extar nya, dilapangan kalo barcode itu dikasih pihak SPBN, mereka hanya scan aja tidak boleh memfoto barcodenya,” ujar David dalam sambutannya.
“Kalo difoto, barcode itu berpotensi bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Nah, itu yang kita khawatirkan. Jadi kami minta para nelayan juga menjaga barcodenya, untuk menghindari potensi-potensi kecurangan itu,” tutupnya.
(KSN)